KEAJAIBAN YANG BERLAKU DALAM PEPERANGAN RUSSIA-AFGHANISTAN
Bahagian 3
Al-Quranul Karim melindungi Muhammad Fatah
Ghautsullah bercerita kepada saya. Katanya, "Peluru mengenai dada
Muhammad Fatah. Lalu ia melompat seraya berkata, "Aku terkena tembakan".
Salah
seorang mujahid yang ada di sebelahnya memeriksa dadanya, ternyata peluru
itu hanya
mengenai kulit luar Al-Quranul Karim yang ada di kantongnya".
Pertempuran Dauaab
Abdullah Khamus, alumni Universiti Islam di Madinah, dan salah seorang
tokoh Al-Hizbu Islami di daerah Herat bercerita dengan disaksikan
Najibullah,
Khalifah Subhan, Komandan Umum Al-Hizbu Islami. Mereka bersumpah bahawa pada
tanggal 10 Januari 1986 terjadi pertempuran antara pasukan Russia (yang
berkekuatan 650 tank, ditambah sekitar 1000 kenderaan berbagai jenis) dengan
pasukan kaum mujahidin yang berjumlah sekitar 400 orang. Pertempuran sengit
itu berlangsung selama 7 hari dengan kerugian di pihak musuh 334 orang kafir
tewas, 25 buah tank hancur, 113 orang tertawan, dan 64 pucuk senjata
Klashenkov berhasil dirampas. Sedangkan korban di pihak mujahidin berjumlah
5 orang yang gugur, dan 20 orang cedera.
Kami tidak tahu bagaimana kami bisa selamat
Khalifah Subhan selanjutnya bercerita kepada saya. Katanya, "Kami
berjumlah
4 orang memasuki Herat dan menembak tiga kereta perisik musuh. Lalu kami
melarikan diri ke perkampungan yang ada di sekitar taman itu. Kami dikepung
ketat oleh tank musuh, namun kami berhasil meloloskan diri. Kami tidak tahu
bagaimana kami bisa selamat".
Satu peluru anti tank menelorkan kemenangan
Maulawi Syah muhammad dari Aurghun Paktia berkata kepada kami. Katanya,
"Kami terdiri dari 8 mujahidin yang tengah diserang oleh dua tank musuh
dan sebuah kenderaan lapis baja. Kami menembakkan semua senjata yang ada pada kami
sehingga hanya tinggal sebuah peluru anti tank saja. Kami bermunajat kepada
Allah Ta'ala yang menentukan segalanya. Kami berdoa : "Ya Allah, Ya
Rabbul
Ardhi was-samawati, ya Rabbul 'alamin! Janganlah Engkau beri kesempatan
kepada orang-orang kafir itu untuk menawan kami. Ya Allah, kami hanya
tinggal
memiliki sebuah peluru anti tank saja. Menangkanlah wali-Mu dalam melawan
wali taghut". Lalu kami menembakkan peluru itu, dan ternyata langsung
menghancurkan tank tersebut. Lalu mereka mengangkat bendera putih tanda
menyerah. Demikianlah, dengan izin Allah kami berhasil menakluki dan
menawan mereka semua. Dua hari kemudian kami berhasil menakluki benteng
musuh.
Benteng mujahidin merupakan tempat perlindungan
Komandan Abdul Jabbar dari Syulgher, Ghazni, bercerita kepada saya bahawa benteng Kanshaf pada mulanya berada di tangan milisi komunis. Kemudian kaum
mujahidin berhasil menaklukkinya. Sejak tujuh tahun yang lalu, pesawat
terbang musuh berusaha menggempur benteng itu, tetapi hingga kini benteng
itu tetap utuh. Sementara desa-desa di sekitarnya hancur luluh akibat
keganasan
pesawat terbang musuh. Kini kaum wanita, anak-anak, dan kaum mustadh'afin
sudah benar-benar menyedari karramah benteng itu, hingga kalau ada serangan
udara, mereka cepat-cepat berlindung di dalam benteng tersebut. Selanjutnya
Abdul Jabbar berkata, "rumah saya ada di sebelah benteng itu, namun
saya dan
sanak keluarga saya Alhamdulillah selamat berkat perlindungan Allah Rabbul
'alamin".
Pasukan komunis tidak memasuki kamar Abdul Jabbar
Selanjutnya Abdul Jabbar bercerita, "Pasukan tank musuh mengepung desa
tempat
saya berada dengan kepungan yang ketat sekali. Akhirnya saya diam saja di
dalam kamar, seraya berdoa : "Ya Rabb, saya duduk di dalam kamar ini
dan
Engkau satu-satunya Pelindungku. Engkau Maha Pengasih dan Penyayang kepada
hamba-Mu yang lemah ini". Subhanallah, pasukan komunis itu memasuki dan
menggeledah seluruh rumah penduduk, kecuali kamar tempat saya
sembunyi!"
Anjing tidak menggonggong kepada mujahidin
Abdul Jabbar bercerita lain. Katanya, "Di desa Marya ada seorang tokoh
komunis. Rumahnya dijaga oleh seekor anjing galak sehingga sulit
diperhitungkan
seseorang yang memasuki rumahnya akan selamat dari serangan anjing itu. Pada
suatu hari, Faidhanullah memasuki rumah itu hendak membunuh tokoh komunis
tersebut. Ternyata anjing itu tidak menyalak sedikit pun. Faidhanullah
berhasil membunuh tokoh komunis itu dan dia melarikan diri dengan sepeda
motor.
Tiba-tiba anjing itu mengejarnya, maka Faidhanullah menembaknya. Tetapi
anjing itu mengejarnya bukan untuk mengigitnya, namun untuk mengikutinya.
Hingga kini anjing itu selalu mengikuti Faidhanullah, seolah-olah ia
berganti majikan".
Seorang mujahid yang mendapat tikaman bertubi-tubi
Syaifullah dari Baghman bercerita kepada kami. Katanya, "Telah terjadi
pertempuran tidak seimbang antara kaum mujahidin dan kaum komunis. Dalam
pertempuran itu kaum mujahidin gugur, tinggal seorang. Seorang mujahidin
yang masih hidup itu berfikir, "Jika hendak melawan tidak mungkin, mahu
melarikan diri pun rasanya sulit". Akhirnya ia pun merebahkan diri di
tengah-tengah
para mujahidin lainnya. Ia melumuri dirinya dengan darah rekaan-rekaannya.
Tidak
lama kemudian orang kafir itu datang dan menikam para Syuhada itu satu
persatu,
seolah-olah hendak membalas rasa dendamnya, termasuk mujahid yang
berpura-pura syahid itu. Namun hingga kini ia masih hidup, berkat izin Allah
Ta'ala.
Orang-orang datang hendak memindahkan para Syuhada itu ke pemakamannya.
Tiba-tiba mereka mendengar rintihan seorang mujahid yang pura-pura syahid
itu. Dengan demikian selamatlah dia dari kematian dengan menakjubkan sekali.
Awan melindungi para mujahidin
Qadhi Ghulam Rabbani bercerita kepada kami. Katanya, "Kami se-peleton
mujahidin. Pada waktu itu musim panas. Kami diserang pesawat tempur musuh.
Kami yakin tidak ada jalan untuk melarikan diri atau bersembunyi. Tetapi
tiba-tiba awan memayungi kami dan turunlah hujan lebat, pada hal tidak
terdapat awan di langit, selain yang ada di atas kami. Hal ini memberi
kesempatan
kepada kami untuk mengundurkan diri dan selamat dari serangan pesawat
musuh".
Pengecutnya kaum komunis
Abu 'Ubaidah telah bercerita kepada saya. Katanya, "Kami berhasil
memasuki
Aurghun dengan sebuah tank, sedangkan kaum komunis memiliki meriam 120mm,
RBG-7, dan 50 buah senjata anti-tank 106mm. Kami berhasil memasuki tiga dari
empat kubu pertahanan musuh, dan di dalam kubu ke empat (menurut pengakuan
pasukan musuh yang menyerah) ada 17 pasukan Unit Soviet". Selanjutnya
Abu 'Ubaidah berkata, "Kami berhasil menangkap kaum komunis itu hidup-hidup
di
dalam kubu mereka. Mereka menggigil ketakutan melihat kami, pada hal senjata
Klashenkov dan kelongsong pelurunya ada di sebelahnya".
Wawancara dengan mujahid terkenal
Muhammad Syadim, putra paman Arsalan dari Aurghun di Paktia bercerita kepada
saya. Katanya, "Lima kelongsong peluru sudah saya habiskan, tetapi
kemudian
semuanya berisi kembali, entah bagaimana?" "Lalu ada roket musuh
ditembakkan kepada kami, namun roket itu kembali menghentam kubu
penembaknya".
T: "Saudara Syadim, sejak mula anda berjihad?"
J: "Sejak pemerintahan Taraqi pada tahun 1973"
T: "Kenapa anda ikut berjihad?"
J: "Kami berjihad untuk memerangi kaum komunis, musuh agama Islam, kerana
mereka hendak memadamkan cahaya (nur) Allah. Kami bertekad akan memeranginya
sepanjang hidup kami"
T: "Apakah anda yakin akan dapat mengalahkan Russia?"
J: "Insya Allah, kami yakin akan dapat mengalahkan mereka"
T: "Apa tanda-tanda keyakinan atau kemenangan yang anda yakini
itu?"
J: "Kami melihat di seluruh medan perang Afghanistan adanya karramah
(supernatural) yang mendokong jihad kami. Ini bererti jihad kami diredhai Allah Ta'ala"
T: "Tolong anda jelaskan kepada kami sebahagian dari keramat yang anda
ketahui, selain dari yang anda telah ceritakan. Apakah anda bersedia
menyatakan
sumpah atas kebenarannya?"
J: "Ya, saya bersedia"
Muhammad Syadim lalu bercerita. Katanya, "Kesatuan kami dihujani bom
selama
sepuluh jam, namun di antara kami tidak ada yang cedera. Selain itu di lain
waktu dalam pertempuran, kekuatan musuh di front sebanyak 18.000 orang,
sedangkan kekuatan pasukan kami hanya 12 orang. 7 orang di antara kami gugur
syahid, namun walau begitu kami masih mampu bertahan selama dua hari, dan
Alhamdulillah, dalam kondisi demikian pun kami berhasil membakar dua tank
serta meledakkan 4 tank lainnya dengan ranjau. Lalu pada hari ketiga
datanglah
bala bantuan dari pasukan Haqqani dan Arsalan"
T: "Bagaimana hasil akhir dari pertempuran itu?"
J: "Dengan izin dan pertolongan Allah Ta'ala, pada hari pertama, kami
berhasil membunuh seratus orang pasukan musuh, merosak 6 buah tanknya, dan
pada hari berikutnya kami berhasil menghancurkan banyak tank lainnya, tetapi
kami tidak tahu berapa banyak pasukan musuh yang tewas atau cedera".
Keberanian ahli Al-Qur'an
Asadullah, Panglima Kamp Usamah bin Zaid di Konar bercerita. Katanya,
"Pada
waktu itu Sheikh dan guru kami, Muhammad Amin Malkazi berada di tepi sungai
Konar, dekat desa Basyt (Moskoa kecil). Tiba-tiba peluru mortar musuh
berjatuhan di sekitar Sheikh, tetapi beliau tenang-tenang saja sehingga
membuat para pemuda yang ada di situ merasa malu untuk melarikan diri. Namun
Ja'far, salah seorang pemuda yang ada di situ pada waktu itu bersembunyi
setelah dua mortar jatuh tidak jauh dari tempatnya. Asadullah bin Muhammad
Amin berlindung sesudah empat buah mortar berjatuhan di sekitarnya. Tetapi
Sheikh Muhammad Amin, yang tatkala itu sedang membaca Al-Quranul Karim tidak
bergeser dari tempatnya, meskipun tempat duduknya tidak terlindung dan
meskipun di tempatnya tersebut berjatuhan sebelas mortar, bahkan mortar yang
jatuh terakhir hanya setengah meter dari tempatnya duduk. Para pemuda yang
melihatnya ketakutan, sementara Sheikh tetap tenang-tenang saja seolah-olah
tidak terjadi apa-apa. Tak lama kemudian Sheikh selesai membaca Al-Qur'an,
tetapi mulutnya masih mengulang-ulang beberapa buah ayat. Para pemuda
bertanya kepada beliau, "Mengapa Sheikh tidak melarikan diri dan
bersembunyi?" Sheikh menjawab, "Saya malu kepada Allah Ta'ala jika
para malaikat melapor kepada-Nya dengan perkataan, "Hamba-Mu si Fulan
melarikan diri ketika sedang membaca Al-Quranul Karim".
Kisah ini mengingatkan kami kepada Al-Barra' bin Malik yang berkata kepada
para sahabat Rasulullah SAW dalam Perang Yamamah, "Aku adalah ahli Al-Qur'an
yang paling buruk jika aku melarikan diri dari musuh". Lalu pada
peperangan
tersebut Al-Barra' yang dianggap sebagai pemegang panji minta digalikan
tanah dan dia menanamkan kedua kakinya di sana agar tidak bisa melarikan
diri dan
bergeser dari tempatnya. Demikianlah keberanian ahli Al-Quranul Karim.
Allah memberi rezeki tanpa diduga-duga
Allah SWT berfirman: ".Barang siapa yang bertaqwa kepada Allah nescaya Dia
akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang
tiada disangka-sangkanya." (QS Ath-Thalaaq:2-3)
Asadullah, Faruq, dan Sami'ullah bercerita kepada saya. Katanya, "Kami
mengadakan serangan ke desa Basyt yang dikuasai kaum komunis. Kekuatan kami
terdiri dari 70 orang mujahidin. Sesudah operasi usai, ternyata tidak
seorang
pun dari kami yang tewas atau cedera. Namun tenaga kami rasanya habis
terkuras, dan laparnya tidak tertahankan lagi kerana kami sudah dua hari
tidak makan. Mau kembali ke kamp rasanya sudah tidak sanggup lagi. Akhirnya
kami
berdoa kepada Allah Ta'ala supaya kami diberi rezeki dari sisi-Nya. Seusai
berdoa, Jul Ar-Rahman pergi mencari air minum. Sewaktu tengah mencari air
minum dia menemukan sebuah pinggan tertutup, maka dibawa pulanglah pinggan
tersebut. Kami membuka pinggan itu dengan pisau, dan ternyata pinggan
tersebut berisi keju sapi. Kami sempat merasa khuatir kalau-kalau keju itu
beracun.
Lalu Hasyim berkata, "Biarlah saya yang memakannya dahulu. Kalau saya
mati,
kalian jangan memakannya." Lalu Hasyim memakan keju itu, dan ternyata
tidak
apa-apa. Maka kami semua memakannya, dan kami benar-benar bersyukur atas kurnia
dan kemurahan Allah Ta'ala itu".
Singa Konar, Asy-Syahid Jul Ar-Rahman
Seorang pemuda belia yang baru berusia 18 tahun atas izin Allah telah
membunuh lebih dari 50 orang komunis dalam sehari. Ia memulai perang
jihadnya sejak umur 10 tahun hingga tahun 1986. Sukses pertamanya di medan
perang ialah
menanam ranjau dan berhasil menghancurkan tank musuh. Pada waktu itu usianya
masih 10 tahun. Jul Ar-Rahman adalah singa yang bertubuh manusia. Asadullah,
Komandan Kamp berkomentar tentang Asy-Syahid, "Belum pernah saya
melihat
seorang mujahid di Afghanistan yang lebih berani dari Jul Ar-Rahman".
Pada suatu hari ia berhasil menawan seorang tokoh komunis. Lalu ia berkata
kepada tawanan itu, "Saya lelah, gendonglah saya". Tawanan itu
lalu
menggendongnya hingga setengah perjalanan. Lalu Jul Ar-Rahman turun dari
gendongan dan menembak tokoh komunis itu. Pada hari kedua, di bulan April
1986, kaum komunis mengadakan serangan dahsyat ke Kamp Usamah bin Zaid dan
berhasil mendudukinya. Namun para singa mujahidin itu tidak sudi
meninggalkan
kedudukannya di puncak kampnya. Lima tokoh pemberani kamp itu, yakni
Asadullah, Jul Ar-Rahman, Ja'far, Syir Muhammad, dan Mustaqim bertahan
menghadapi pasukan Russia".
Mereka mulai membersihkan kamp dari orang-orang kafir Russia, dari satu
puncak ke puncak lainnya, sehingga kaum komunis berhasil dihalau semua. Pada
puncak sebuah pergunungan, ketika Jul Ar-Rahman sedang melempar granite, ia
terkena tembakan yang menewaskannya. Namun dari jarak 20 meter musuh
melihatnya seperti seorang yang sedang melempar sesuatu ke arah mereka
sehingga mereka tidak berani mendekatinya.
Asadullah selanjutnya bercerita, "Jul Ar-Rahman tewas sewaktu shalat
Ashar.
Sesudah shalat Maghrib, sekitar 4 jam kemudian, kami datang hendak
membawanya. Namun ia tetap saja seperti orang yang sedang melempar granite,
badannya tidak jatuh telentang atau tengkurap, seperti halnya orang yang
mati tertembak. Kami merebahkan tubuhnya. Ia terlihat seperti seorang yang
tidur, sementara wajahnya cerah, kedua bibirnya seolah-olah tersenyum manja.
Belum pernah saya melihat seorang Syahid seperti dia. Semoga Allah
mengampuni Singa Konar itu, dan memberikan kami gantinya yang lebih baik,
lebih berani, dan lebih taat dari Asy-Syahid.
Singa Kaum Anshar dari Pakistan
Syaiful Islam bercerita kepada saya. Katanya, "Saudaraku seiman dan seislam, Nasrullah Manshur adalah seorang pelajar, keluaran Sekolah Pendidikan Al-Quranul Karim di desa Maltsaman. Dia seorang mujahid sejak empat tahun lalu. Pada tanggal 4 Mei 1986, Nasrullah sedang mengendarai kereta rampasan perang dari Paktia yang mengangkut keperluan logistik ke Spidar Nari. Setiba di Spidar Nari, ia mendengar deru pesawat terbang, lalu ia memerintahkan kedua saudaranya, Husein Ahmad dan Muhammad Najid supaya mendaki gunung yang ada di sisi jalan untuk mengamati pesawat itu. Setiba di puncak gunung, keduanya melihat pesawat itu sedang mendaratkan pasukan. Maka kotak senjata pun tidak bisa dielakkan antara Nasrullah yang hanya bersenjatakan Klashenkov dan RBG. Ia menembak pasukan musuh dan kedua pesawat yang mendaratkannya. Namun pesawat itu menghujaninya dengan tembakan membabi buta, sehingga di dekat matanya terkena beberapa buah tembakan peluru Dushka hingga tembus ke bawah telinganya. Pahanya pun tertembak sehingga memecahkan tulang pahanya , dan pundaknya terkena pecahan mortar. Musuh berusaha untuk menangkapnya dalam keadaan hidup, namun Nasrullah berusaha melawan mati-matian sehingga berhasil membunuh 14 pasukan komando musuh. Nasrullah luka parah dan berhasil diselamatkan, ia lalu dibawa ke rumah sakit di Peshawar untuk mendapatkan perawatan.
Karramah di berbagai pertempuran di Jajee, Ramadhan 1406H:
1. Sekawanan burung melindungi kami!
Saya melihat dengan kedua mata kepala saya di Jajee, musuh ganas sekali
menyerang kami, sehingga memaksa kami berlarian mencari perlindungan di
balik pohon untuk menghindarkan diri dari tembakan dan pecahan bom musuh.
Al-Amir Sayyaf berkata kepada saya, "Lihatlah, ada sekawanan burung
terbang di bawah pesawat tempur musuh". Pada hari kedua, saya melihat
pesawat terbang musuh datang lagi. Saya melihat benda hitam di bawahnya,
lalu saya mengingatkan kawan-kawan, "Bersembunyilah, pesawat musuh
sedang menghujani kita dengan bom". Mereka berkata, "Yang ada di
pesawat terbang musuh itu adalah burung-burung "mujahidin"
berseragam hitam!"
2. Angin kencang datang tatkala diserang musuh
Kaum mujahidin dihujani peluru dan bom musuh yang beratnya sekitar satu ton
sehingga berhasil memancarkan beberapa mata air dari dalam tanah, sementara
peluru roketnya juga tidak mahu ketinggalan beraksi. Pesawat-pesawat terbang
musuh juga banyak yang menurunkan pasukan komandonya di puncak-puncak
gunung. Mereka menaburi Kamp dan jalan-jalan yang biasa dilalui kaum
mujahidin
dengan ranjau-ranjau dan bom waktu, yang setiap saat bisa meledak dengan
dahsyat.
Pada waktu itu kaum mujahidin merasa terjepit benar, persis seperti yang
dilukiskan Al-Quranul Karim : "(Iaitu) ketika mereka datang kepadamu
dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan
hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah
dengan bermacam-macam prasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan
digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat" (QS
Al-Ahzab:10-11)
Pada saat-saat sulit dan mengerikan itu, rahmat Ilahi datang dengan
mengirimkan angin kencang yang sebelumnya belum pernah dialami oleh kaum
mujahidin. Ini terjadi pada pertengahan bulan Disember, ketika tumpukan salji
sudah mencapai ketinggian dua meter. Pada waktu itu angin menumbangkan
beberapa pohon dan menghalau dinginnya udara hingga ke daerah Peshawar,
sehingga para mujahidin bisa menyelamatkan diri. Mengenai hal ini saya jadi
teringat firman Allah SWT : "Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir
itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperolehi keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari
peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa" (QS
Al-Ahzab:25)
Orang-orang berseragam putih
Sayid Umar, Panglima Kamp Jajee, Musa Khan, Panglima Pasukan, dan wakil Ikhlash, komandan salah sebuah front bercerita kepada saya. Katanya, "Banyak pasukan Afghanistan yang melarikan diri ke daerah mujahidin. Mereka bercerita macam-macam tentang apa yang dilihat dan dialami di medan laga. Salah seorang dari mereka bercerita kepada kami seolah-olah cerita khayal. Katanya, "Ketika pasukan tank Russia sedang berderet di pusat Qarar Gha, dan pada waktu itu kami tengah berada di sekitarnya, tiba-tiba ada seorang berseragam putih menyandang senjata RBG menembak tank-tank itu, dan hanguslah seketika empat buah tank. Kejadian itu terjadi pada pukul tiga siang hari. Sesudah melakukan tembakan, orang berseragam putih itu pergi dengan tenang dan aman. Kami memberondongnya dengan berbagai senjata automatis, tetapi ia tidak terkena sebutir peluru pun. Sesudah dua atau tiga jam kemudian, ia pun datang kembali, lalu ia menembak dua tank lagi. Kemudian ia mengeluarkan sebilah pisau dari pinggangnya dan menghampiri tempat berkumpulnya pasukan Russia, lalu ia menyembelih dua orang yang ada di situ dan membawa pergi kepala mereka dengan tenang dan anggun, seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Maha benar firman Allah Ta'ala : "Ya (cukup). Jika kamu bersabar dan bertaqwa, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, nescaya Allah membantumu dengan lima ribu malaikat yang memakai tanda" (QS Ali-Imran:125)
Mereka bukan manusia
Jamul Nasir, Panglima daerah Aju di Badkhasyan berkata kepada saya. Katanya, "Kami berada dalam rombongan yang hendak menuju ke Badkhasyan. Dalam perjalanan, ketika kami melintasi Baghlan, di Dari-Walyah, kami dihadang oleh pasukan Russia yang besar sekali jumlahnya. Pesawat terbangnya mulai menghujani kami dengan senapang mesin dan berbagai senjata yang mematikan. Di samping menghadapi pesawat terbangnya yang sedang mengganas itu, kami juga harus menghadapi pasukan infanterinya yang sudah mengepung mati kedudukan kami. Kami melawan kepungan musuh itu selama 12 hari. Tiba-tiba seorang utusan Russia datang kepada kami dan menawarkan suatu cara damai. Katanya, "Kami siap membukakan jalan kepada kalian untuk meneruskan perjalanan, dengan syarat 30 tawanan yang kalian tangkap dikembalikan". Kami lalu menjawab dengan nada hairan, "Kami tidak pernah menangkap seorang Russia pun. Yang kami tahu, mereka hanyut oleh arus yang melanda lembah itu, sesudah hujan lebat beberapa hari lamanya". Dalam perbicaraan dengan kaum mujahidin itu, delegasi Russia berkata, "Lima ratus tentera Russia tewas dan dua pesawat tempurnya jatuh, di samping itu tiga puluh pasukan hilang". Pada waktu itu orang Russia sampai-sampai beranggapan bahawa para mujahidin bukan manusia, tetapi sebangsa jin.
Diperpanjangkan-Pensil kayu